Pages

Monday, December 19, 2016

G o n e

What could be better
Then the grazing grass
The green alive
Shining with the morning dew
What could be better
Than the wind brushing the leaves
Caressing them
In their whispering harmony
And what would be worse
When they are all gone?

Monday, September 26, 2016

Dari seorang pengecut pada waktu yang tepat,

Aku punya banyak hal
untuk sekedar dibisikkan padamu
Aku punya jutaan rasa
untuk diekspresikan padamu
Aku punya ribuan cara memandang
untuk bisa pura-pura melirikmu

Aku punya tak terhingga
kepingan-kepingan diri
Untuk kuhadiahkan
padamu yang terlampau jauh

Aku merindukanmu
Aku menginginkanmu
Aku menyayangimu
Dan aku kehilanganmu

Tapi aku takut
Terlalu gentar menghadapimu
Terlalu lemah dalam keberadaanmu
Terlalu goyah dalam segala kekagumanku

Maaf,
aku terlalu
pengecut untuk jujur
Maaf,
aku tak ingin
menyulitkanmu lagi
Maaf,
untuk
alasanku ini
Maaf,
aku hadir
di saat yang
salah

Tuesday, July 26, 2016

bukan apa-apa.

Tuhan, mungkin seribu orang lain juga menangis saat ini. Mungkin lebih banyak dari jumlah itu juga tersiksa saat ini. Aku tak tahu apa yang mereka rasakan. Aku mungkin ingin tahu. Aku ingin tahu, Tuhan, sekiranya apa yang kurasakan ini hanyalah sebagian kecil dari derita yang mereka miliki. Aku ingin tahu apa ini memang salahku, untuk jadi selemah ini. Aku tak tahu, mungkin juga tak sanggup tahu, betapa banyaknya orang yang tersiksa dalam kungkungan hidup yang katanya tiap-tiap manusia torehkan sendiri. Ada kalanya aku ingin bisa mengerti, apa ini. Apa yang begitu mearik dari hidup sampai orang-orang mau bernapas selama umur mereka. Aku ingin tahu Tuhan, kenapa mereka yang mengakhiri hidup mereka sendiri dipandang rendah dan salah oleh mata orang-orang yang menginjak bumi ini. Apa yang salah dariku Tuhan, yang dengan mudah dan bodohnya bisa menangis hanya karena hal-hal sepele yang dengan mudahnya disikapi orang-orang lain. Apa salahnya denganku Tuhan, yang begitu takut melihat besarnya kemungkinan-kemungkinan yang terhampar di depan, Tuhan. Aku ingin bisa menangis di saat-saat yang menurut mereka lazim, yang sewajar batas mereka juga Tuhan. Aku tidak suka jadi lemah, tapi ada kalanya aku juga terseret emosi dan sedu sedan ketika tetes kesedihan pertama bergulir di pipiku. Aku ingin tahu arti sesungguhnya dari menangis, ketika berpikir bahwa mungkin air mata orang lain tidak jatuh semudah milikku. Aku ingin tahu, aku ingin tahu, aku tidak ingin menangis seperti ini lagi, karena hal bodoh yang bahkan tidak kusadari bisa membuatku menangis, karena suatu hal yang seharusnya sudah biasa untukku. Aku takut, aku takut kalau akhirnya akan ada suatu saat dimana air mata ini akan jatuh semudah aku bernapas. Aku takut suatu saat perasaan ini akan menghantui seperti bayanganku sendiri.Aku takut akan apa yang terjadi denganku. Aku tidak ingn seperti ini. Tapi ada kalanya aku memutuskan untuk tidak melawan perasaan ini. Sakit,Tuhan, sakit. Dan karena sakitnya ini aku bisa menulis secepat ini, bisa mengeluarkan sedikit dari perasaan yang kupendam tanpa tahu kapan dan bagaimana akan keluar. Aku takut Tuhan, aku tak tahu harus bersyukur atau malu atau marah atau kecewa atau seharusnya melawan. Aku tidak tahu apa memang ini salah satu hal yang mungkin dialami manusia, tahapan yang perlu dilalui sebagai sosok yang disebut remaja, atau mungkin ini hanya alasanku utuk memanjakan diri sendiri. Kadang aku rasa aku terlalu keras, tapi mugnkin tidak. Kadang aku berharap seandainya saja ada orang yang mau mengingatkanku bagaimana seharusnya bersikap terhadap diriku sendiri. Bagaimana aku harus hidup? Aku takut. Aku takut suatu saat kata-kata seperti ini tak akan bisa mengalir lagi dan air mata hanyalah satu-satunya jalan keluar dan cara terbaik yang aku tahu hanyalah berdiam sendiri dan menangis di kamar dengan hitam putihnya kata-kata dan perasaan yang selalu abu-abu. Tak pernah jelas, tak pernah pas diutarakan lewat sarana apapun. Aku takut. Aku hanya takut. Aku bingung. Aku tidak tenang, aku galau, aku bimbang, aku lelah, aku ingin berhenti, aku merasa bodoh, aku putus asa, aku tak bberguna, aku hampir menyerah, aku ingin berhenti, aku tak ingin sendiri, aku ingin bernapas. Bernapas bernapas. Ini keji Tuhan, kenapa dari semua perasaan buruk yang kurasakan, yang bisa keluar harus selalu lewat rasa sakit. Aku menangis. Dadaku sakit, paru-paruku sesak, kepalaku serasa ditekan, dan bernapas rasanya tidak pernah cukup. Aku ingin oksigen, mungkin ada suatu bagian diriku yang kekurangan oksigen. Mugnkin ada bagian diriku yang kekurangan oksigen dan tidak bisa bekerja dengan baik sehingga aku butuh butuh butuh butuh bernapas. Tapi sebanyak apapun udara yang kuhirup, paru-paruku seperti langsung menolaknya. Aku takut. Bagaimana kalau suatu saat nanti dadaku tidak sanggup lagi dan paru-paruku tidak mau mengembang lagi? Bagaimanakalau suatu saat nanti, secepat apapun aku bernapas, aku tidak bisa hidup lagi? Bagaimana jika suatu saat nanti, aku menangis dan rasa sakit itu membunuhku dan akutidak pernahbisa menangis lagi? Bagaimana jika suatu saat nanti aku jadi hanya sebatas hantu yang menghuni ragaku ini? Aku takut. Aku takut. Aku tak pernahsetakut ini. Aku takut suatu saat nanti, ada rasa yang lebih mengerikandari ini. Aku takut, kalausuatu saat nanti aku lah yang membunuh diriku sendiri. Aku takut. Aku putus asa. Aku hanya bisa takut. Maaf.


Maaf aku bahkan tidak mngerti apa yang aku rasakan. Maaf. Tapi aku takut. Aku takut suatu saat nanti semua orang yang aku inginkan ada dalam hidupku akan pergi dan satu-satunya teman yang kupunyai hanyalah kesepian. Aku takut. Maaf.

Saturday, June 4, 2016

aku belum layak

Apa, tanya mereka
Aku lari, lari
Menjejak butir-butir
kecokelatan, halus
kasar, putih
karang, bergesek
kuning, menggoda
Terus, terus tak jua berhenti
Kakiku menari
lewat Bali tertitih
sembunyi-sembunyi berjinjit ke Lombok
meloncat-loncat jelajahi pantai karang
meluncur masuk Raja Ampat
tanpa napas kubelah laut sampai Wakatobi
hingga ambil udara kutarik di Derawan
Dan kerang-kerang itu curi pandangku
Koral-koral dan terumbu karang berkilat manis menyambut
Aduh,
kapan lariku akan berujung?
Dikejar tanya
Diburu alam
Apa riak-riak air tahu rahasiaku?
Pertiwi, wahai pertiwi
Masih sanggupkah engkau
buai tubuhku?
Dingin oleh ketidakacuhan
Panas dibara amarah
Diam di bawah sinar terik
Terpaku diterjang tetes-tetes tanya
Aku, yang penuh keraguan

Namun aku pula
yang sibakkan rahasiamu
Satu, satu, semakin dalam
Makin jatuh 'ku terpesona
Kaki yang berlari ini,
bolehkah tunjukkan
cinta padamu?

Aku kabur,
ya, aku lari
Dikempari kata-kata tanya
Tapi aku bisa menyahut apa yang
tidak mereka serukan
Walau ragu menyisip
saat jawab hendak kuucap

Rasanya aku tak
mengenalmu
Jika dihadapkan pada
tanda tanya mereka
Tapi kaki yang
belum betemu lelah ini
Bolehkah menyatu denganmu?
Layakkah, wahai nirwanaku,
cinta yang seperti itu?

Sunday, February 14, 2016

Sakit itu..
Saat kau bisikkan namanya
Tepat menghujam jantungku
Yang diam-diam meneteskan duka

Rindu itu...
Melihat kau di sisinya
Tanpa senyum, tanpa tangis
Tetap setia dilukai

Kecewa itu...
Saat kau pilih uluran tangannya
Bukan aku
Yang selalu ada untukmu

Putus asa itu...
Tak lagi melihat senyumnya
Di hari-hari tercerah sekali pun
Benakmu mendung tertutup bayangan dirinya

Hampa itu...
Saat kau tersenyum bersamanya
Meraih tangan yang selama ini menyakitimu
Dan berpindah ke sisi lain dunia

Aku tak tersenyum
Aku tak menangis
Mungkin sama sepertimu
Aku tak kunjung lelah
dilukai,



–Luka 

Thursday, December 31, 2015

Happy New Year


At this moment, I may or may not be trapped between two numbers
Either I move forward or stay here, I'm still looking back
Let the flashes of my past deeds light me
Whether to guide or not, lets celebrate
And after all we have been through, now;

Happy new year.

Wednesday, December 16, 2015

Above The Soil

If I give you a way
To the stars
Will you journey it?

If I give you a ladder
To the moon
Will you climb it?

If you can reach the sun
Will you touch it
Even if it burns you?

If you can only get
The cloud
Will you rather fall back down?

What about earth?
What about its soil?
Will you feel great about standing on it?

You look up
To the sky
Trying to scale it too

Why would you
Stare at it?
Casted in shadows
Of those people up there